Month: November 2013

Makna Asyura bagi Ahlusunnah dan Syi’ah

Teks: Dr. KH. Said Aqil Siradj
Kita semua telah mengetahui bahwa cucu Rasulullah Saw dari Sayyidah Fathimah az-Zahra yaitu Al Hasan dan Al Husain, keduanya akan menjadi pemimpin pemuda surga, dua orang pemuda yang sudah dipastikan masuk surga. Hendaknya umat Islam mencontoh dan mengambil teladan dari kedua tokoh tersebut, dari kedua pemimpin kita semua. Baik dilihat dari nash Al Quran dan Al Hadits maupun dilihat dari sejarah, kita seharusnya menghayati apa arti Asyura, apa arti peristiwa Karbala ini sebagai mas’alatil Islam wal muslimin, sebagai tragedi yang menimpa umat Islam dan ajaran Islam itu sendiri.

Walaupun ada beberapa pihak yang tidak senang dengan adanya acara ini, itu karena mereka melihatnya dengan sepotong-sepotong, hanya melihat dari aspek politik saja. Tetapi bagi kita yang masih memiliki hati nurani yang ikhlas dan iman yang cukup ideal, kita mencintai hari ini, acara ini, bukan karena kepentingan, politik, target, atau apapun yang bersifat duniawi, tapi kita betul-betul melihat peristiwa Karbala sebagai peristiwa adzim, salah satu peristiwa agama. Sama seperti peristiwa lahirnya Nabi Muhammad, Nuzulul Quran, Lailatul Qadr, Yaumil Arafah, demikian pula peristiwa Karbala merupakan peristiwa agama.
(lebih…)

Jujurlah Dalam Membaca Sejarah Gestok 1965

Oleh: Dina Y. Sulaeman

Artikel ini bagus sekali untuk menelaah ulang peristiwa G30S. Ditulis oleh dosen HI Unpad, Indra Hikmawan Saefullah. Salah satu poin yang saya garis bawahi: pada saat itu, komunis dijadikan musuh bersama dan pembunuhan terhadap orang-orang yang dituduh komunis seolah menjadi legal karena dianggap membela Islam atau membela negara. Terlepas dari perdebatan benar/salahnya ideologi komunis, menurut saya, pembantaian massal yang dilakukan rakyat sipil terhadap saudara sebangsa mereka (yang dituduh komunis, bahkan tanpa diteliti dulu benar/tdk mereka ini komunis), jelas perilaku yang keji. Dan artinya, bangsa ini yang sering disebut ‘ramah dan lemah-lembut’ ternyata sanggup juga berbuat sedemikian brutal. Catatan sejarah ini penting diungkap karena sampai saat ini pun, bangsa Indonesia masih menghadapi ancaman merebaknya pola pikir yang sama: “karena kamu sesat, maka darahmu halal” (hanya saja, kali ini ‘musuh’-nya bukan lagi orang komunis, melainkan sesama muslim yang dituduh sesat). (lebih…)

Kebiadaban Rezim Soeharto di Sumatera Barat dan Riau

PROPAGANDA bohong, fitnah dan rekayasa yang dilakukan oleh orang-orangnya Suharto melalui media massa, mulai 1 Oktober 1965, segera memicu kemarahan dan kebencian massa organisasi-organisasi yang sebelumnya memilih politik yang berseberangan dengan PKI dan ormas-ormas kiri pada umumnya. Terutama mereka yang mempunyai kepentingan yang berbeda, seperti dalam pelaksanaan land reform pada awal tahun 60-an. PKI mendukung land reform tapi banyak kekuatan politik yang menentang reformasi pertanahan pada waktu itu. Ini masih ditambah dengan penyebaran isu-isu bohong bahwa PKI sudah lama berencana mengambil alih pemerintahan yang sah dan membuat daftar nama ulama dan tokoh masyarakat yang akan dibunuh setelah mereka menang. Situasi panas ini dimanfatkan sebaik-baiknya oleh golongan keagamaan, terutama NU, Muhammadiyah, dan Partai Katolik untuk membentuk Kesatuan Aksi Pengganyangan Gerakan 30 September (KAP Gestapu), di bawah pimpinan Subchan Z.E. (NU) dan Harry Tjan Silalahi (Katolik), yang melalui Adam Malik mendapat curahan Rp50 juta (sekitar US$ 1,2 juta, menurut tukaran saat itu-pen) dari Kedubes AS di Jakarta untuk mengganyang PKI. (lebih…)