Month: April 2008

Menepis Prasangka, Memupuk Toleransi Untuk Multikulturalisme

Oleh Yayah Khisbiyah

(Sebuah Dukungan Dari Psikologi Sosial)

Pada saat kita mengadakan seminar ini, selain berita bencana tsunami di Aceh yang meremukkan hati, kita masih terus dihujani headlines lain semacam berikut: korban Amerika Serikat dalam perang terhadap Irak terus berjatuhan, Kristen fundamentalis menyerang Islam setelah serangan teroris 9/11, kelompok militan Hindu dan Muslim saling bunuh di Ayodha-India, konflik antara Israel dan Palestina terus bergolak memakan korban, prasangka rasial kulit putih terhadap kulit hitam di Amerika Serikat menyulut kerusuhan berdarah, diskriminasi kekerasan terhadap minoritas Cina terjadi lagi di Pekalongan, penggunaan bangunan sebagai gereja di Depok diprotes keras warga Muslim, sebuah gereja di Palu dibom menjelang Natal, waspadai praktek adopsi anak korban tsunami di Aceh bermotif kristenisasi, workshop Jaringan Intelektual Muda Muhammadiyah dibubarkan paksa oleh kelompok yang mengatasnamakan KOKAM Muhammadiyah Kartasura. (lebih…)

Pendidikan Multikultural dalam Tinjauan Pedagogik



Pendidikan multikultural (multicultural education) sesungguhnya bukanlah pendidikan khas Indonesia. Pendidikan multikultural merupakan pendidikan khas Barat. Kanada, Amerika, Jerman, dan  Inggris adalah beberapa contoh negara yang mempraktikkan pendidikan multikultural. Ada beberapa nama dan istilah lain yang digunakan untuk menunjuk pendidikan multikultural. Beberapa istilah tersebut adalah: intercultural education, interetnic education, transcultural education, multietnic education, dan cross-cultural education (L.H. Ekstrand dalam Lawrence J. Saha, 1997: 345-6).
(lebih…)

Galtung: Tiga Corak Fundamentalisme

Siapa yang tidak kenal Profesor Johan Galtung; sosiolog, pemikir, dan aktivis perdamaian kelahiran 24 Oktober 1930 di Oslo, Norwegia. Karya-karyanya telah jadi rujukan dunia pada saat orang berbicara tentang perdamian, konflik, perang, dan cara-cara mengatasinya. Kritiknya terhadap penghasut perang terasa pedas sekali, tidak peduli siapa pun yang melakukan. Pada usia 12 tahun, Galtung pernah ditahan Nazi. Maka, mulailah ia mengerti betapa jahat dan kejamnya peperangan. (lebih…)

Bissu: Celah di Budaya Bugis

Sepertinya hanya di budaya Bugis, dikenal lima (5) jenis gender. Menurut penelitian anthropolog Australia, Sharyn Graham dalam research reportnya; “Sex, Gender and Priests in South Sulawesi, Indonesia”, budaya Bugis mengenal empat jenis gender dan satu para-gender; laki-laki (oroane), perempuan (makunrai), perempuan yang berpenampilan seperti layaknya laki-laki (calalai), laki-laki yang berpenampilan seperti layaknya perempuan (calabai) dan para-gender (bissu) (Lihat juga Manusia Bugis, C Pelras, hal 191). (lebih…)

Hetero dan Homo Menurut Islam

Saya meyakini bahwa tauhid adalah inti ajaran Islam yang mengajarkan bagaimana berketuhanan, dan juga menuntun manusia bagaimana berkemanusiaan dengan benar. Dalam kehidupan sehari-hari, tauhid menjadi pegangan pokok yang membimbing dan mengarahkan manusia untuk bertindak benar, baik dalam hubungannya dengan Allah, sesama manusia, maupun dengan alam semesta. Bertauhid yang benar akan mengantarkan manusia kepada keselamatan di dunia dan kebahagiaan hakiki di akhirat. (lebih…)

Membaca Globalisasi dalam Kaca Mata Perang Budaya


Ketika berada di Jepang pada akhir 2006, saya mendengar sebuah cerita menarik yang santer beredar dari mulut ke mulut di kalangan pelaku industri film negeri sakura itu. Konon, berdasar sebuah laporan, ketika Bae Yong Joon, aktor serial televisi Korea berkunjung ke Tokyo, Akie Abe –istri Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe– meminta suaminya untuk memesan kamar di lantai hotel yang sama. Akie Abe berharap, dengan menginap di situ, ia bisa beruntung memergoki Bae Yong Joon dan melihat bintang idolanya itu dari dekat. (lebih…)

Toleransi Terhadap Ahmadiyah

Melalui perjalanan yang cukup panjang, akhirnya Badan Koordinasi Pengawas Aliran Kepercayaan (Bakorpakem) yang terdiri dari unsur kejaksaan, kepolisian, Departemen Dalam Negeri, dan Departemen Agama, dalam rapat di kejaksaaan Agung, Rabu (16/4), yang merupakan kelanjutan dari rapat 15 Januari 2008, mengusulkan kepada pemerintah agar memberi peringatan keras untuk menghentikan semua kegiatan jemaah Ahmadiyah, dan jika tak mematuhi rekomendasi itu, tak ada lagi toleransi, pemerintah diminta untuk membubarkan Ahmadiyah. (lebih…)

Sintesis Saling Menguntungkan: Hilangnya “Orang Luar” dan “Orang Dalam”

Buku ini merupakan sumbangan penting dalam dua bidang studi yang sekaligus ingin dijembataninya: (1) studi-studi tentang gerakan-gerakan sosial dan (2) studi-studi tentang Islam. Kepada yang pertama, buku ini ingin menawarkan apa yang bisa disumbangkan oleh gerakan-gerakan Islam, kasus-kasus konkret yang diangkat dalam buku ini, kepada pengayaan teori gerakan-gerakan sosial yang pertama kali dikembangkan dari pengalaman-pengalam an Eropa dan Amerika. Kepada yang kedua, buku ini ingin menunjukkan bagaimana khazanah teori gerakan-gerakan sosial itu sendiri bisa amat bermanfaat jika digunakan untuk mempelajari kasus-kasus yang terjadi di negara-negara berpenduduk mayoritas Muslim – artinya, bukan di wilayah-wilayah di mana teori itu pada mulanya dikembangkan. (lebih…)

Theophany of Perfection

by Muhyiddin Ibn ‘Arabi

Listen, O dearly beloved!
I am the reality of the world, the centre of the circumference,
I am the parts and the whole.
I am the will established between heaven and Earth,
I have created perception in you only in order to be the object of my perception.
If then you perceive Me, you perceive yourself.
But you cannot perceive Me through yourself,
It is through my eyes that you see Me and see yourself,
Through your eyes you cannot see Me.
(lebih…)