Budaya

Gaya Hidup Pekerja Lepas

Gaya hidup seharusnya mengikuti penghasilan. Bila tidak, kita akan tekor, defisit. Tentu tak semua orang yang berpenghasilan sama punya gaya hidup yang sama. Sesuai hukum fisika, tekanan berbanding lurus dengan gaya. Bila hidup kita penuh tekanan, berarti kita kebanyakan gaya. Terutama untuk mereka para freelancer, pekerja lepas. (lebih…)

Kaum Miskin Urban: Kere, Kelaparan, tapi Eksis

Oleh Gayatri Jayaraman

 

(Catatan Editor: Artikel ini adalah terjemahan artikel “The Urban Poor You Haven’t Noticed: Millennials Who’re Broke, Hungry, But On Trend” yang ditulis Gayatri Jayaraman di laman Buzzfeed tanggal 5 Mei 2016. Artikel asli tulisan ini bersituasi di negara India. Nama tempat, mata uang, dan aspek lainnya menyesuaikan yang sebenarnya di India.) (lebih…)

Muda, Kaya, dan Berbahaya

Oleh Mardiyah Chamim

 

Sebuah artikel di buzzfeed sedang ramai beredar, berkisah tentang drama kehidupan eksekutif muda di India. Mereka pontang-panting mengejar gaya hidup tinggi, padahal penghasilan sama sekali belum mampu menopang. Ada yang rela menahan lapar seharian, demi bisa membeli roti lapis di gerai waralaba internasional. Ada juga yang gajinya habis buat membayar cicilan mobil mewah, yang diparkir di pinggir jalan. Judul artikelnya, Mengenal Kaum Miskin Urban: Anak-Anak Muda yang Kere, Kelaparan, tapi Eksis. (lebih…)

Urutan Nama Silsilah Keluarga di Jawa

Urutan Silsilah Jawa lengkap dari nama keturunan pertama sampai nama keturunan ke-18 dapat saya sampaikan pada kesempatan kali ini. Dalam upaya turut melestarikan budaya dan warisan para leluhur maka istilah turunan orang jawa atau yang biasa dikenal dengan nama-nama silsilah keluarga orang jawa atau urutan trah orang jawa. Karena banyak orang yang sudah tidak mengetahui hal ini maka pada kesempatan kali ini akan saya bahas secara lengkap. Tanpa panjang lebar langsung saja disimak inilah urutan silsilah nama jawa.
(lebih…)

Piala Eropa 2016, Serat Tjenthini dan Croissant

 

Oleh A.A. Ariwibowo

 

Serat atau Surat Tjenthini sebagai warisan sastra Jawa kuno bicara apa mengenai croissant ala Prancis? Bukan sekadar mengada-ada atau mencocok-cocokan, ternyata Paris sebagai ibukota kota mode itu bakal disantap ludes oleh ratusan juta penikmat dan penggila sepak bola global.

Pamfletnya, croissant ala Prancis yang menjanjikan sensasi mentega yang terasa renyah, gurih dan ringan ternyata dapat mewarnai perhelatan akbar sepak bola Piala Eropa yang siap digelar di Paris, Prancis, pada 10 Juni sampai dengan 10 Juli 2016. (lebih…)

(Haruskah) Lebaran Boros?

Oleh: Arief Budisusilo

Warung Sate Pak Kembar, juragan sate kambing di Baturetno, daerah asal saya, yang brand superlokal-nya begitu terkenal di pasar lokal pula, menjadi sangat sibuk sepekan Lebaran ini.Bila hari-hari biasa hanya menghabiskan satu atau dua ekor kambing, beberapa hari ini harus menyediakan paling tidak 5 ekor kambing untuk melayani para pemudik yang doyan kuliner.

Padahal, di daerah saya, Sate Pak Kembar bukan satu-satunya warung sate yg terkenal. Cabang Pak Kembar sendiri sudah ada tiga, selain barangkali ada lebih dari 10 warung sate sejenis. Selain sate, menu yang banyak dicari adalah tongseng dan gule yang ‘khas Baturetno’. Rasanya? Jangan tanya, umumnya “maknyus”. (lebih…)

Fakta Kopi

• Diperkirakan kopi ditemukan sejak awal abad ke 9 di salah satu provinsi Ethiopia bernama ‘Kaffa’.

• Menurut legenda, seorang gembala Ethiopia bernama ‘Kaldi’ menyadari efek dari kafein setelah melihat kambingnya seakan “berdansa” setelah makan buah berry.

• Sampai abad ke 10, Kopi masih dianggap sebagai makanan. Anggota suku Ethiopia mencampur buah berry kopi dengan lemak hewan, membentuk mereka menjadi bola-bola. Makanan bola ini yang membuat mereka tetap berenergi dalam perjalanan panjang mereka.

•Awalnya kopi hanya diminum oleh kaum biksu Sufi Arab. Air rebusan kopi tersebut membuat para biksu tersebut terjaga di dalam doa yang panjang. (lebih…)

Ruang-ruang dalam Hermeneutika

Oleh: Saleh Lapadi

Benar, pemikiran Hermenutika falsafi yang diusung oleh Heidegger di abad kedua puluh yang kemudian dilanjutkan oleh muridnya Gadamer memberikan warna lain bagi hermeneutika. Pendekatan yang dilakukan lewat hermeneutika falsafi memang sangat dibutuhkan. Setiap peneliti masalah-masalah yang terkait dengan hermeneutika harus memberikan porsi yang besar untuk mengkaji hermeneutika Heidegger dan mereka yang menganut ide-idenya.

Setiap peneliti yang ingin mengkaji metodologi tafsir teks tentang memahami matan, aliran-aliran dalam kritik sastra dan filsafat ilmu-ilmu sosial serta humaniora dan setiap aliran pemikiran yang akan dipilih, pasti membutuhkan kajian tentang substansi memahami secara umum dan analisa struktur keberadaannya. Dan studi tentang keduanya ini berhutang kepada Heidegger dan murid-muridnya. Namun, itu tidak dengan sendirinya membatasi bingkai hermeneutika hanya pada hermeneutika falsafi. Dalam masalah memahami dan tafsir matan, misalnya. Senantiasa ada saja kemungkinan untuk mengajukan teori baru dalam masalah memahami teks. Pemikiran yang semacam ini mungkin tidak akan dimasukkan ke dalam studi hermenutika falsafi namun dengan sendirinya ia adalah masalah hermeneutika. Ia tidak disebut sebagai pemikiran yang berada di luar bingkai hermeneutika. (lebih…)

Tubuh Sosial; Diskriminasi di Relung Publik

Oleh: Wahyu Budi Nugroho
…adalah Anthony Synnott, sosiolog asal Montreal, Kanada pelopor kajian mengenai “tubuh sosial”. Ia menghabiskan bertahun-tahun waktu produktifnya untuk mengkaji keterkaitan antara keberadaan (baca: penampakan) body ‘tubuh’ dengan tanggapan/respon masyarakat. Dalam kajiannya, ditemui bahwa pendapat masyarakat luas akan tubuh individu telah terkonstruksi sedemikian rupa dari masa ke masa. Kesemua hal tersebut tak lepas dari konstelasi sosial, politik, ekonomi dan budaya yang melingkupinya.
Sebagai misal, tubuh “gemuk” menjadi tren perempuan di era 1950-an, hal tersebut disebabkan oleh konstelasi pasca-Perang Dunia II di mana para pria kembali bekerja setelah berperang-angkat senjata, serta para wanita kembali ke rumah dan disibukkan dengan berbagai macam pekerjaan rumah tangga; mengurus anak, suami, rumah, dsb. Alhasil, para wanita kala itu tak perlu “berpusing-pusing” mengatur diet. Satu dekade setelahnya, yakni di era 1960-an tubuh “kurus-kerempeng” menjadi tren tubuh wanita. Hal tersebut disebabkan oleh tren “rok mini” yang menunjukkan bentuk kaki panjang dan “ceking” wanita. (lebih…)